Selasa, 25 Oktober 2011

LESSON STUDY: Promoting Student Thinking on the Concept of Least Common Multiple (LCM) Through Realistic Approach in the 4th Grade of Primary Mathematics Teaching


Oleh: Dr. Marsigit, M. A.
Reviewed by: Ramadian Radite (09301244020)

Paper ini mengungkapkan tentang gambaran mathematikal thinking dalam pemikiran siswa tentang pembelajaran KPK pada kelas 4 sekolah dasar di Indonesia. Kurikulum yang dipakai untuk mendefinisikan matematika sekolah disini adalah kurikulum berbasis sekolah atau yang disebut juga dengan KTSP. Kurikulum ini menggabungkan dua paradigma, di satu sisi menekankan pada kompetensi siswa, tetapi juga, di sisi lain, tentang proses belajar siswa.
Matematika di sekolah dasar memiliki fungsi untuk mendorong siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mampu berkolaborasi dengan orang lain. Berpikir matematika didefinisikan sebagai kegiatan siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika dengan menggunakan simbol, tabel, diagram dan sumber-sumber lain dengan tujuan siswa dapat memecahkan masalah mereka.
Implementasi kurikulum matematika sekolah dasar di ruang kelas adalah untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah. Dalam memecahkan maslah siswa perlu berpikir kreatif untuk mengembangkan cara dan alternatif pemecahan masalah. Guru disarankan untuk mengembangkan pendekatan kontekstual dan realistis untuk mendorong mathematical thinking di sekolah dasar. Dengan pendekatan ini, diharapankan siswa secara bertahap belajar dan menguasai matematika dengan antusias.
Ketika kita fokus pada pelajaran matematika, kita hanya terfokus pada pengetahuannya dan lupa untuk mengembangkan Sikap, Mathematical Thinking, dan Representasi. Ada dua point penting tentang pandangan Freudenthal tentang matematika yang berkaitan dengan RME(Freudenthal, 1991) yaitu pertama matematika harus dihubungkan ke realitas, dalam arti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan setiap situasi kehidupan sehari-hari. Kedua, matematika sebagai aktivitas manusia.
Dua jenis mathematization yang dirumuskan dalam konteks pendidikan oleh Treffers, 1987, di Zulkardi, 2006 yaitu horisontal mathematization, para siswa datang dengan alat-alat matematika yang dapat membantu untuk mengatur dan memecahkan masalah terletak dalam situasi kehidupan nyata; dan vertikal mathematization, yaitu proses reorganisasi dalam sistem matematika itu sendiri.
Realistic approach, situasi didunia nyata atau masalah konteks diambil sebagai titik awal pembelajaran matematika. Dan kemudian dieksplorasi dengan horizontal mathematization. Ini berarti siswa mengorganisasi masalah, mencoba untuk mengidentifikasi aspek-aspek matematika dari masalah, dan menemukan keteraturan dan hubungan. Kemudian, dengan menggunakan vertikal mathematization siswa mengembangkan konsep matematika .
Proses pembelajaran dimulai dari masalah kontekstual. Menggunakan aktivitas di horisontal mathematization. Dengan melaksanakan kegiatan seperti pemecahan, membandingkan dan mendiskusikan, siswa menyepakati dengan vertikal mathematization dan berakhir dengan solusi matematika. Kemudian, siswa menafsirkan solusi serta strategi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kontekstual lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.