Selasa, 15 November 2011

PURSUING GOOD PRACTICE OF SECONDARY MATHEMATICS EDUCATION THROUGH LESSON STUDIES IN INDONESIA


By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Ramadian Radite (09301244020)

Hasil studi yang berlangsung tahun 2005 tentang Lesson Study menyebutkan bahwa telah terjadi perbaikan dalam hal pengajaran matematika. Praktik pengajaran matematika akan menjadi bermakna jika menerapkan dan mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari, bukan bersifat teori saja. Kenyataannya kegiatan pembelajaran matematika di Indonesia masih didominasi guru sehingga perlu diterapkan metode pengajaran baru yang lebih fleksibel agar siswa dapat mengeksplorasi bakatnya. Paradigma tentang guru yang sebelumnya disebutkan mengajar sekarang harus diubah menjadi belajar, maksudnya adalah siswa dan guru sama-sama belajar. Sumber belajar tidak hanya dari guru saja. Dengan kata lain guru tidak lagi sebagai pentransfer ilmu, tetapi sebagai pembangun pengetahuan siswa.
Sayangnya hal di atas tidak diimbangi dengan kurikulum yang ada. Kurikulum masih teralu padat dan terdapat ketidakcocokan antara kurikulum, tujuan, dan sistem penilaian pendidikan. Dari masalah-masalah di atas, maka dilaksanakan Lesson Study, di mana para guru bekerjasama dengan dosen dan ahli dari Jepang. Tujuannya adalah untuk mengubah paradigma tentang belajar sebagai suatu kegiatan sepanjang hayat dan untuk meningkatkan perbaikan dalam bidang pengajaran, terutama matematika. Dari kegiatan Lesson Study dapat disimpulkan bahwa guru merasa pembelajaran kelasnya semakin hidup, lesson study mampu meningkatkan keterampilan guru dan guru terdorong untuk lebih memahami inovasi-inovasi baru dalam pendidikan. Bagi siswa, siswa merasa antusias dan terlibat aktif dalam pembelajaran, adanya kegiatan di laboratorim menjadikan siswa lebih memahami materi dan meningkatkan keterampilannya. Namun dalam penerapannya masih terdapat beberapa kendala, yaitu perlunya adaptasi bagi guru sebelum mengajar, terdapat perbedaan persepsi antara guru dan dosen tentang paradigma baru, dan banyaknya siswa dalam satu kelas membuat guru tidak mampu memenuhi semua kebutuhan siswanya.
Berdasarkan uraian di atas, maka saran bagi kepala sekolah adalah mempromosikan berbagai metode pembelajaran, memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kelasnya, dan melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan lainnya. Sedangkan pemerintah perlu menciptakan kurikulum yang lebih sederhana, mendefinisikan kembali peran guru, kepala sekolah, sekolah, dan pengawas, menciptakan sistem evaluasi (penilaian) yang baik, dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.