Senin, 26 September 2011

DEVELOPING MATHEMATICS EDUCATION IN INDONESIA

Oleh: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Ramadian Radite (09301244020)

Meningkatkan tingkat intelektual rakyat dan memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 selalu menjadi keprihatinan utama dari Pemerintah Indonesia. Tujuan sistem pendidikan meliputi: (a) meningkatkan pengabdian penuh kepada Allah SWT, (b) mengembangkan kecerdasan dan keterampilan individu; (c) mendorong sikap positif kemandirian dan pengembangan, (d) memastikan bahwa semua anak yang hafal huruf. Tetapi untuk mewujudkan hal tersebut tidak mudah dan justru mengalami kegagalan. Tampaknya kegagalan dari proyek untuk mempromosikan perubahan pendidikan di Indonesia karena kendala seperti: (1) kompleksitas lingkungan pendidikan, (2) keterbatasan anggaran, (3) kurangnya sumber daya pendidikan dan fasilitas, (4) divergensi dari konteks pendidikan seperti etnis, budaya geografi, dan nilai, (5) kurangnya pemahaman guru tentang teori-teori praktek yang baik dalam mengajar mengajar dan bagaimana untuk menerapkannya, dan (6) yang biasa-biasa saja pendidikan berkembang didasarkan pada sifat dari ilmu dasar dan pendidikan, dan atau berdasarkan kebutuhan untuk keterampilan bersaing di era global.
Saat ini studi tentang matematika dan ilmu pendidikan di Indonesia memiliki indikasi bahwa prestasi anak dalam mata pelajaran matematika dan Ilmu pendidikan rendah, seperti ditunjukkan oleh hasil Ujian Nasional (EBTANAS) dari tahun ke tahun baik di Sekolah Dasar dan Menengah. Fakta ini mungkin sebagai hasil dari: (a) kekurangan kegiatan laboratorium; (b) kurangnya guru yang memiliki ilmu menguasai keterampilan pendekatan proses; (c) isi pada Matematika dan Ilmu kurikulum terlalu ramai, (d) waktu terlalu banyak memakan administrasi ketentuan bagi guru; (e) kurangnya peralatan laboratorium dan sumber daya laboratorium manusia.
Dalam mempersiapkan guru-guru Sekolah Dasar dan Menengah, kita menghadapi masalah seperti orang-orang yang mendaftar (input) untuk LPTK memiliki potensi akademis yang rendah. Salam pelayanan sistem pelatihan guru untuk Matematika dan guru Ilmu pengetahuan tidak terorganisir, terintegrasi dan sistematis, baik dari segi konten dan manajemen. Dalam hal Matematika dan guru Ilmu Pengetahuan di Sekolah, ditemukan bahwa: (a) kualifikasi mereka perlu ditingkatkan, (b) banyak dari mereka tidak ahli dalam Matematika dan Sains, (b) tidak ada sistem evaluasi (akademis) untuk guru. Di sekolah-sekolah, sistem pemantauan, dianggap bahwa: (a) pengawas (Pengawas) dan prinsip memantau guru administratif saja. (b) sistem promosi untuk para guru tidak mendukung peningkatan kompetensi guru.
Proyek Kerjasama Teknis JICA Pengembangan Ilmu Pengajaran dan Pendidikan Matematika di Indonesia (IMSTEP) telah bekerja sejak 1 Oktober 1998. Untuk pertama-empat tahun di sana telah banyak kegiatan yang dilakukan di tiga universitas (Universitas Pendidikan Indonesia UPI-Universitas Negeri Yogyakarta-UNY dan Universitas Negeri Malang-UM). Kegiatan-kegiatan tersebut banyak dilakukan untuk memperkuat pra-dan program guru in-service training. Diharapkan bahwa beberapa kegiatan JICA IMSTEP dilakukan untuk meningkatkan praktek di sekolah. Tujuan dari uji coba adalah untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendidikan matematika dan sains di sekolah dengan mencoba beberapa hal yang dikembangkan dalam proyek ini yang langsung berhubungan dengan sekolah. Hasil uji coba dapat disebutkan dari sudut pandang siswa, guru, dan dosen.
Pemerintah Indonesia berusaha untuk boot-strapping isu terkini pendidikan dan mengambil tindakan untuk menerapkan kurikulum baru "kurikulum berbasis kompeten" untuk pendidikan dasar dan menengah yang secara efektif dimulai pada tahun akademik 2004/2005. Kebijakan ini secara logis akan menyiratkan beberapa aspek berikut: program otonomi pendidikan, mengembangkan silabus, meningkatkan kompetensi guru, fasilitas belajar, anggaran pendidikan, memberdayakan masyarakat, sistem evaluasi dan jaminan kualitas. Hasil pemantauan uji coba kurikulum baru di beberapa provinsi menunjukkan bahwa kendala masih berasal dari masalah imanen: motivasi guru dan kompetensi serta  kurang mendukungnya sistem manajemen pendidikan.
Kerjasama antara lembaga pendidikan seperti mencari model-model alternatif dalam referensi pengalaman pendidikan dari beberapa negara lain mungkin mendapatkan beberapa manfaat kesempatan untuk: (a) mendiskusikan dan meningkatkan pelaksanaan kurikulum, (b) memperkaya pengalaman pendidik matematika dan ilmu pengetahuan, (c) meningkatkan kualitas pengajaran belajar dan mengembangkan laboratorium, (d) memecahkan masalah matematika dan sains belajar mengajar di sekolah, (e) merekomendasikan cara-cara untuk meningkatkan matematika dan pendidikan ilmu pengetahuan, dan (f) memenuhi harapan masyarakat dari apa yang disebut praktik yang baik dari matematika dan pendidikan sains.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.