Dan inilah harinya para lelaki yeee.... Sepenggal lirik lagu yang sering saya dengarkan dari Jenny menjadi gambaran cerita unik 13 lelaki hari ini, Sabtu 10 September 2011 di Desa Pendem, Sidomulyo, Pengasih, Kulon Progo. Cerita berawal dari kegiatan pertemuan kelas yang diadakan Pembimbing Akademik dan memutuskan bahwa untuk konsumsi makan berat diserahkan pada mahasiswa laki-laki dengan menu yang sudah ditentukan dan harus memasak sendiri. Menunya cukup aneh, sayuran berupa bayam, wortel, kecambah, dan daun ubi jalar harus dimasak 3 jenis. Pertama sayur asam, kedua asam dengan temu kunci, ketiga daun ubi jalar yang juga dimasak asam. Wuih, bayangkan, baru kali ini mendengar olahan seperti itu sudah harus disuruh buat! Well, itu membuat bingung sekaligus menarik untuk mencoba hal yang baru. Sebuah tantangan buat para lelaki yang baru menginjak dewasa.
Pukul 09.00 WIB. acara memasak dimulai. 13 lelaki bertarung melawan bumbu, sayuran, dan peralatan dapur dengan pantauan dari ibu sahabat kami dan juga dosen pembimbing kami. Tanpa disuruh semua memposisikan diri meski tetap bingung juga. 4 orang mengupas kulit tempe, 3 orang mengupas beberapa bumbu yang diperlukan, 2 orang mengupas wortel, 2 orang menyiapkan perlengkapan menanak nasi, dan 2 orang lagi memotong sayuran. Rame? Itu sudah pasti, sahut-sahutan kata, banyolan, gurauan, benar-benar menjadi penghias sekaligus hiburan pemecah keheningan dan kekakuan. Dan dari situ aku mulai berpikir kalau perempuan cerewet itu wajar, karena laki-laki kalau melakukan pekerjaan yang lebih mengarah pada pekerjaan perempuan ternyata juga cerewet. Ternyata mengerjakan pekerjaan perempuan itu membuat kita sedikit tahu tentang kepribadian perempuan. Mengupas tempe menjadi tugas paling mudah dan cepat, selanjutnya tim yang mengupas tempe beralih membantu grup lain. Cukup cepat pekerjaan pertama ini selesei.
Pekerjaan selanjutnya adalah menanak nasi, menggoreng tempe, membuat sambal, dan membuat sayur tiga macam. Semua tumpah ruah di dapur, mulai dari percakapan nggak mutu, keluhan, banyolan, bingung, jengkel, seneng, tawa, susah, salah ini, salah itu jadi satu. Cuma menggoreng tempe bahkan harus dikelilingi 5 orang, dan yang menggoreng cuma satu seperti adanya tontonan heboh, sedangkan yang menanak nasi yang justru susah disisakan 2 orang dengan ibu sahabat kami sebagai pembimbing. Proses menanak nasi memakai ketel dan soblok ternyata susah sekali, harus ulet dan teliti sekali. Jangan sampai gosong dan airnya habis. Bahkan, saat memindahkan nasi ke soblok sotilnya patah, mungkin karena kelebihan tenaga. Sedangkan untuk tempenya tidak jauh berbeda, percobaan pertama mentah dan sangat asin. Tapi karena berusaha seterusnya penggorengan tempe berhasil.
Sayur, inilah inti dari segala masakan, tujuan utama para lelaki memasak. Sebuah masakan yang baru pertama didengar dan terkesan asing. Disini justru dosen pembimbing yang lebih banyak terlibat. Mulai dari bumbu dan cara memasak, cuma satu dua orang yang terlibat dalam proses ini. Dan ingin tahu hasilnya? Nanti dulu. Lalu yang tak kalah menarik adalah sambal. Ada dua macam sambal, terasi dan tomat. Dan sama saja, banyak yang mengerubungi pembuatan ini. Bahkan rekan-rekan yang perempuan turut masuk ke dapur untuk sekedar foto-foto, bercanda, memantau, menertawakan, dan sedikit membantu. Semua serba ceria bersama-sama. Disitulah makna kebersamaan yang begitu kental di dapur. Satu pekerjaan lagi, membuat minum. Sungguh lucu ketika melihat syrup berwarna cerah dan bening. Tawa mengejek yang buat syrup begitu membahana. Sebuah keadaan yang jarang terjadi di kelas kami, berkumpul seperti ini penuh lelaki dengan pekerjaan perempuan dan begitu berkesan.
Akhirnya, tibalah waktu makan siang. Kami menyajikan makanan untuk rekan-rekan perempuan tanpa ada rasa sungkan. Nasi dibagi sama rata tapi lauk ambil sendiri-sendiri. Tempe dan sambal menjadi yang paling laris, sedangkan 3 sayur tadi terkesan dilewatkan dan sengaja dihindari bahkan oleh yang masak sendiri. Dan, setelah suapan pertama untuk sayurnya... He'eh rasanya ngampleng!!! Tapi tetep nikmat lah karya bersama. Sebuah pengalaman pertama yang layak dihargai. Harus habis tanpa sisa itulah lelaki yang tanggung jawab. Porsi lelaki sedikit berbeda dengan perempuan. Sayuran menjadi menu wajibnya. Merem melek saat nelen bukanlah halangan. Semua nikmat dengan sugesti masing-masing. Yang penting habis tanpa sisa. Setelah makan, masih ada lagi pekerjaan lain, kali ini mencuci piring, gelas, sotil, baki, soblok, ketel, dll. Kali ini giliran sumur yang menjadi rame layaknya pasar burung. Bermain air sambil bercanda emang mengingatkan pada masa kecil kami semua. 13 laki-laki berkumpul di sumur asal ambil pekerjaan supaya ringan dan berpartisipasi dengan mulut tentunya terbuka lebar. Akhirnya selesai sudah semua pekerjaan. Benar-benar mengesankan dan inilah harinya para lelaki. Sebuah hari yang berbeda dimana semua berbaur menjadi satu untuk satu tujuan, menyatukan perbedaan untuk kebersamaan, dan mengalahkan tantangan di depan mata. SALUT!!! Tak ada jalan pintas untuk sukses, semua butuh perjuangan dan jalan masih panjang. Pada dasarnya laki-laki sama perempuan memiliki pekerjaan sama. Jadi jangan pernah saling merendahkan satu sama lain. Inilah Laki-laki
Sayur, inilah inti dari segala masakan, tujuan utama para lelaki memasak. Sebuah masakan yang baru pertama didengar dan terkesan asing. Disini justru dosen pembimbing yang lebih banyak terlibat. Mulai dari bumbu dan cara memasak, cuma satu dua orang yang terlibat dalam proses ini. Dan ingin tahu hasilnya? Nanti dulu. Lalu yang tak kalah menarik adalah sambal. Ada dua macam sambal, terasi dan tomat. Dan sama saja, banyak yang mengerubungi pembuatan ini. Bahkan rekan-rekan yang perempuan turut masuk ke dapur untuk sekedar foto-foto, bercanda, memantau, menertawakan, dan sedikit membantu. Semua serba ceria bersama-sama. Disitulah makna kebersamaan yang begitu kental di dapur. Satu pekerjaan lagi, membuat minum. Sungguh lucu ketika melihat syrup berwarna cerah dan bening. Tawa mengejek yang buat syrup begitu membahana. Sebuah keadaan yang jarang terjadi di kelas kami, berkumpul seperti ini penuh lelaki dengan pekerjaan perempuan dan begitu berkesan.
Akhirnya, tibalah waktu makan siang. Kami menyajikan makanan untuk rekan-rekan perempuan tanpa ada rasa sungkan. Nasi dibagi sama rata tapi lauk ambil sendiri-sendiri. Tempe dan sambal menjadi yang paling laris, sedangkan 3 sayur tadi terkesan dilewatkan dan sengaja dihindari bahkan oleh yang masak sendiri. Dan, setelah suapan pertama untuk sayurnya... He'eh rasanya ngampleng!!! Tapi tetep nikmat lah karya bersama. Sebuah pengalaman pertama yang layak dihargai. Harus habis tanpa sisa itulah lelaki yang tanggung jawab. Porsi lelaki sedikit berbeda dengan perempuan. Sayuran menjadi menu wajibnya. Merem melek saat nelen bukanlah halangan. Semua nikmat dengan sugesti masing-masing. Yang penting habis tanpa sisa. Setelah makan, masih ada lagi pekerjaan lain, kali ini mencuci piring, gelas, sotil, baki, soblok, ketel, dll. Kali ini giliran sumur yang menjadi rame layaknya pasar burung. Bermain air sambil bercanda emang mengingatkan pada masa kecil kami semua. 13 laki-laki berkumpul di sumur asal ambil pekerjaan supaya ringan dan berpartisipasi dengan mulut tentunya terbuka lebar. Akhirnya selesai sudah semua pekerjaan. Benar-benar mengesankan dan inilah harinya para lelaki. Sebuah hari yang berbeda dimana semua berbaur menjadi satu untuk satu tujuan, menyatukan perbedaan untuk kebersamaan, dan mengalahkan tantangan di depan mata. SALUT!!! Tak ada jalan pintas untuk sukses, semua butuh perjuangan dan jalan masih panjang. Pada dasarnya laki-laki sama perempuan memiliki pekerjaan sama. Jadi jangan pernah saling merendahkan satu sama lain. Inilah Laki-laki
ashole...nk komen mesti isa ng kene ngono!!
BalasHapus