Kamis, 08 September 2011

Dibalik Silaturahmi Di Bulan Fitri

Alhamdulillah, itulah kata pertama yang layak diucapkan setelah lelah bersilaturahmi ke kediaman mantan guru dan sahabat masa SMA-ku selasa tempo hari. Bersama seorang sahabat SMA juga yang kebetulan kuliah di jurusan yang sama denganku, pendidikan matematika, kami memulai perjalanan pukul 09.00 WIB, tepat setelah kuliah jam pertama selesai. Kebetulan pula jam kedua dan ketiga kuliah ada jeda, jadi kami benar-benar memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kunjungan pertama yakni menuju kediaman guru agama di daerah gedongkuning. Sesampainya disana sebuah senyuman dan sambutan hangat telah menanti kami dari guru agama kami. Kami dipersilahkan masuk, tak lupa kujabat dan kucium tangan beliau. Kemudian kami bercerita dan bernostalgia mengenang masa-masa di sekolah sambil menikmati suguhan khas lebaran yang begitu menarik. Beliau masih ingat betul saat-saat aku bikin ulah yang membuat pelajaran selama 2 jam hanya untuk menasehatiku. Beliau juga bilang,"Saya benar-benar terkejut dan trenyuh sewaktu mendapat sms kalau seorang radite sampai mau bersilaturahmi ke kediaman saya." Masih lanjut beliau,"Padahal saya kira dulu begitu marah dan jengkel sewaktu saya nasehatu." Sontak aku pun jadi ikut terharu kalau mengingat kejadian waktu itu dimana aku masih labil dan bandel-bandelnya.

Selang beberapa saat datanglah tamu yang tidak saya kira. Dari dalam terlihat seperti orang yang bingung mencari tempat parkir. Kemudian setelah mengetuk pintu ternyata, alhamdulillah, orang itu adalah guru BK kami. Sebuah berkah tersendiri, kami dipertemukan di tempat tersebut tanpa ada 'tlisiban'. Bahkan selang beberapa saat kemudian datang pula 3 orang sahabat kami disusul 2 orang sahabat yang lain. Suasana menjadi seperti pesta reuni kecil guru dengan bekas muridnya. Akan tetapi cuma sebentar kami bersama. aku dan temanku yang satu izin untuk meneruskan silaturahmi ke tempat lain. Terasa sangat berat saat kami harus berpamitan dengan guru dan kawan lama, tapi setiap ada pertemuan haruslah ada perpisahan.

Tujuan kami berikutnya adalah menemui guru matematika kami di sekolah kami, SMAN 4 Yogyakarta. Akan tetapi, ternyata beliaunya sudah pulang jadi kami lanjut bersilaturahmi dengan karyawan-karyawan sekolah. Ada pak satpam, pak bon, pak parkir, pak TU, dll. Tak lama kami di sekolah, cuma 10 menit. Perjalanan selanjutnya, kami menuju ke Seyegan ke rumah dua orang kawan lama kami dan guru kimia yang pernah jadi wali kelas kami saat kelas XI. Tepat pukul 11.00 kami tiba di rumah salah satu sahabat kami di dukuh jamblangan seyegan. Kembali kami bernostalgia dengan sambutan biasa-biasa seperti dulu namun begitu bermakna. Kami bertemu pula dengan bapaknya yang juga masih samar-samar mengingat wajah kami, saking lamanya tidak berjumpa. Setelah melepas lelah dan bernostalgia sebentar, kami lanjut menuju rumah sahabat kami yang lain di margodadi seyegan. Cuma 5 menit kami sudah sampai di rumah sahabat kami itu. 

Sebuah senyuman aneh dan khas seperti dulu dan gurauan menyambut kedatangan kami. Sama halnya di tempat-tempat sebelumnya, hidangan lebaran telah menyambut dan orangtua sahabat kami tersebut juga menyambut kami dengan hangat sambi menanyakan,"kok dangu mboten mriki mas?" Dan kami cuma tersenyum dan basa-basi mencari alasan. Adzan dzuhur telah berkumandang, sejenak kami melepaskan aktivitas dan mengabdikan diri kepada Allah sebagai rasa syukur atas segala nikmatNya. Setelah sholat dzuhur, cuma sebentar kami minum dan menikmati camilan, kami langsung menuju ke rumah guru kimia kami. 3 orang dari sini dan seorang telah menunggu di rumah guru kimia kami. Di perjalanan, aku benar-benar merasa ini bagaikan 3 atau 4 tahun yang lalu saat kamu masih berseragam putih abu-abu bermain berkendara melewati tempat yang sama dan pemandangan yang sama pula. Tak lama kemudian, sampailah di rumah guru kimia kami. Namun ternyata beliaunya sedang ke bengkel dan tidak bisa kami temui. Namun hal itu juga menjadi berkah bagi kami yang masuk kuliah jam 1 siang karena jam sudah menunjukkan pukul 12.30 dan beliaunya juga bisa ditemui sore jam 4. Sejurus kemudian tepat pukul 1 siang aku dan sahabatku yang satu jurusan telah tiba di kampus untuk kuliah.

Pukul 3 datang dengan cepatnya. Setelah kuliah dan makan siang kami melanjutkan perjalanan silaturahmi ke rumah guru matematika kami di daerah kemetiran lor. 10 menit perjalanan cukup untuk mengantarkan kami sampai ke rumah beliau meski sedikit membingungkan. Di depan pintu rumah beliau, kami sedikit ragu, apakah benar ini rumahnya? lalu kami tanya pada segelintir anak di sekitar, dan alhamdulillah, pencarian kami telah menemui hasil setelah tahun kemarin kami gagal menemukan rumah beliau. Ketika kami ketuk pintunya muncullah sesosok wanita dengan wajah mirip beliau dan ternyata itu adalah anaknya. Kaget tapi lebih kaget lagi ketika mendengar kalau ternyata beliaunya sedang tidak di rumah. Senyum kecut menghiasi wajah kami berdua. Tapi sekali lagi keajaiban silaturahmi terjadi. Tidak sampai 1 menit setelah mendengar beliau sedang tidak di rumah, terdengar suara motor dan suara beliau. Dan, yak tepat sekali sesuai perkiraanku, beliau tiba bersama istrinya dan sontak kaget melihat kami berdua sembari tersenyum dan sedikit berkaca-kaca, mungkin mengingat bahwa aku dulu adalah murid yang sering membuatnya jengkel justru datang ke rumah beliau, menyambut kedatangan kami. Layaknya murid dan guru yang lama tak jumpa, kami berjabat tangan dan kucium tangannya seraya memohon maaf atas segala khilaf selama menjadi murid beliau. Kemudian terjadi lagi nostalgia dan saling berbagi cerita masa lalu sembari 'ngemil' makanan yang renyah dan menggoyang lidah. Kebetulan kami jurusan pendidikan matematika, jadi beliau banyak bercerita tentang pengalamannya terdahulu. Beliau adalah senior kami di Universitas yang sama sekaligus guru kami. Banyak sekali cerita-cerita nyata yang membakar semangatku dan memotivasiku dalam belajar menggapai cita-cita. Beliau bercertita mendapat beasiswa ke amerika 2 tahun dan australia 4 bulan, namun yang di amerika tidak beliau ambil karena anak-anak beliau masih balita. Beliau juga memberi semangat dan dorongan agar kami mampu sekolah yang tinngi dan bener-bener niat dalam belajar karena apa pun itu kalau diniati hasilnya akan baik. Cukup lama kami mengobrol, sebelum waktu dan kepentingan lain yang memaksa kami mengakhiri nostalgia. Di akhir beliau mengucapkan terima kasihnya dan juga merestui supaya kami bisa sukses ke depannya dan mengantarkan kami sampai depan rumahnya dengan raut wajah tuanya yang terlihat bahagia.

Kemudian perjalanan kami lanjutkan menuju rumah guru kimia kami yang juga mantan wali kelas di kelas XI. Di sana telah menunggu pula 3 sahabat kita untuk bersilaturahmi bersama. Setengah jam waktu yang lumayan lama untuk sampai ke rumah beliau karena kami juga harus sholat asar dahulu. Beliau pun dengan kewibawaannya telah menanti kedatangan yang kami janjikan. Alhamdulillah reuni kecil murid dengan wali kelas XI bekitu kental dengan suasana lebaran, silaturahmi saling memaafkan, bercerita, memotivasi, bersendau gurau, sambil menikmati camilan lebaran. Banyak sekali yang beliau sampaikan mengenai perkembangan sekolah kami tercinta, kondisi guru-guru, kondisi muridnya, kurikulum sekolahnya, bagaimana kegiatan belajar mengajarnya, dll. Lama pula kami berada disana saling berbagi kisah cerita masing-masing dan terfokus pada pembicaraan dengan tokoh utama tentu saja beliau selaku pembicara utama dengan kami sebagai pendengar setia dan penyerap ilmu yang baik. Tetapi, waktu emang punya batasan sendiri-sendiri, waktu telah memasuki maghrib, tidak enak bagi kami kalau bersilaturahmi lama-lama dan mengganggu waktu beribadah beliau. Akhirnya kami izin pamit dan memohon do'a restu agar kami semua sukses serta meminta maaf atas segala khilaf kami. Beliau sebagai orang tua yang arif juga tanpa ragu meminta maaf pada kami dan mendo'akan serta memberi dorongan semangat agar kami sukses dan berada di jalan yang lurus. Suasana hening dengan samar-samar mengamini saat beliau berdo'a benar-benar membuat kami terharu. Begitu tulusnya seorang guru mendo'akan muridnya. Akhirnya beliau mengantarkan kami sampai depan rumahnya sebelum kami menuju perjalanan terakhir silaturahmi.


Tujuan terakhir kami adalah rumah sebelah guru kami dengan spasi 1 rumah, yakni sahabat lama kami pula, tempat mangkal kami sewaktu kelas XI, anak yang juga se-kampus denganku. Disana kami bernostalgia dan juga sholat maghrib bersama-sama yang mengingatkan masa lalu dimana kami sholat dzuhur bersama-sam. Nikmat sekali suasana malam di desa penuh kenangan SMA. Kami habiskan waktu maghrib untuk bercanda dan menertawakan masa lalu kami sembari bercerita kondisi kami sekarang ini. Waktu maghrib telah habis dan ternyata timnas Indonesia juga bermain malam itu. Akhirnya kami mengakhiri perjalanan silaturahmi di hari itu. Aku pulang dan sampai di rumah tepat saat timnas menyanyikan lagu kebangsaan. Ah, nikmatnya sungguh tepat. Inilah salah satu dari banyaknya berkah silaturahmi. Selalu ada keajaiban yang menyelimuti. Dan aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk bersilaturahmi. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.